Friday, September 27, 2013

DADOS TIYANG "SEPUH", MPUN NGANTOS DADOS TIYANG "SEPAH"...!!!


Salam Rahayu kagem para sedulur... 
Mugi Gusti Kang Murbeng Dumadi tansah paring ridha lan cahyaning hurip kagem para sedulur.... 



Tuwa iku babagan yuswa, nanging dudu pestine waskita!

Menjadi tua itu pasti, karena sudah menjadi garis hidup setiap manusia... seiring dengan bertambahnya usia, manusia bakal jadi tua. Namun hal tersebut tidak menjamin kepastian bahwa manusia tua tadi akan menjadi seorang yang "waskita".

Why....? Because Waskita itu merupakan suatu sikap istimewa dan joss... Bukan sekedar sikap ecek-ecek... Terbentuk dari unsur kebijaksanaan dan kearifan, yang terjadi karena proses pembelajaran (kaweruh) dan penyadaran (eling) atas "lakone wayang" selama menjalani hidupnya, dan mengacu pada tuntunan kebenaran sejati dari Gusti Kang Murbeng Dumadi. Nah... panjang kan definisinya? Ya iyalah.... namanya juga sebuah sikap yang istimewa, jadi ya harus joss definisinya! Hehehehee...
*Btw, bagi sedulur yang tidak sependapat dengan definisi saya, ya ora usah emosi, mbesengut, apalagi sampe misuh-misuh karo ngetokne keris! :)

Orang yang waskita itu, terlepas dari kelemahan yang jelas ada akibat kodrat sebagai manusia, setidaknya akan mampu bersikap dan menyikapi setiap hal / masalah / keadaan, baik yang dialaminya sendiri, maupun hal / masalah / keadaan yang sengaja didatangkan oleh orang lain kepadanya, secara baik, benar dan optimal... Kemampuan mana muncul ya karena proses "kaweruh" dan "eling" tadi...

Dadio Sepuh, Ojo Dadi Sepah... 

Sedulur kepingin dadi waskita? Podo! Aku iyo bro... :D

Dadio sepuh, dulurku... ojo dadi sepah...

Secara etimologi plus unggah-ungguhing basa Jawa... Orang mencucap: "Tiyang Sepuh" atau "Tiyang Sepah", akan memiliki arti dan maksud yang sama... yakni berarti "Orang Tua", bisa bermakna orang tua (kandung/tiri) sendiri, atau orang yang dituakan. Namun sedulur.... jika kata "tiyang" tadi dihilangkan, lalu ditinjau secara "hakekat sanepan jawa", kedua kata tadi akan memiliki arti yang beda...  "Sepuh" itu berarti "melapisi", yang secara jamak identik dengan melapisi logam dengan logam lain yang lebih baik... Secara ilmunya orang pasaran / bakulan, identik dengan melapisi logam non mulia dengan logam mulia, misal (dan kebanyakan terjadi): melapisi logam non emas dengan emas...! Untuk apa? Ya biar terlihat lebih baik dan indah tampilannya donk bro...

Sangat berbeda artinya dengan "Sepah"... Sepah itu bisa berarti "ampas", "sisa", atau dapat diartikan "tidak memiliki rasa, karena telah hilang rasa aslinya"... Identik dengan batang tebu yang telah diperas airnya, hingga hilang manisnya...  hanya menyisakan serat-serat tanpa rasa... Biasanya cuman dibuang atau sekedar dijadikan bahan bakar belaka...

Naaah... trus dulur mau pilih jadi yang mana? Pilih jadi "sepuh" atau "sepah"...? Jangan bilang pilih jadi emas asli bukan sepuhan lho yaa... Eling dulur, memang saat kita bayi ceprot, kita semua terlahir dalam keadaan masih bersih dan suci... tapi kita tetap  "logam biasa", bukan "emas"!!
Mengapa saya katakan kalo bayi itu merupakan "logam biasa" dan bukan "emas"?? Lha bayi itu memang masih belum bernilai apa-apa... masih biasa... Nol Besar! Ya karena bayi belum melakukan sesuatu apapun yang dapat menyebabkan sebab - akibat. Jika ada yang dilakukan, misal menangis sambil mancal-mancal plus ngompol..., itu di luar kesadaran pribadi sang bayi. Pada saat itu bayi masih buta bro... belum tau apapun tentang makna dia dilahirkan, siapa yang melahirkan, siapa itu Tuhan, untuk apa dia dilahirkan... Boro-boro paham, lha wong lihat ibunya sendiri aja belum bisa! :)

Nah, dalam perjalanan hidupnya... bayi itu akhirnya berkembang menjadi dewasa dan baru mempunyai nilai.. Namun nilai ini juga bermacam-macam... ada manusia yang bernilai sangat baik, baik, setengah baik, setengah jelek, jelek, jelek banget, hingga bejat! Penilaian dari masyarakat, dan juga penilaian dari yang menciptakannya... dengan parameter yang beda pula tentunya. Ibarat logam, ada yang jadi platinum, emas, perak, perunggu, tembaga, kuningan, baja, besi, besi karatan, besi rusak rombeng karatan... dan sebagainya...

Back to Waskita....
Sedulurku kabeh.... Orang yang sepuh, bukanlah orang yang beranjak tua berdasarkan usia... Namun orang yang telah mau dan mampu melapisi segenap sifat, sikap dan perilakunya dengan segala hal yang baik atau lebih baik... Agar kehidupannya menjadi lebih baik... Dan orang-orang "sepuh" inilah yang kelak akan mampu mendapatkan, menerima dan menjalani proses "eling" dan "kaweruh", untuk kemudian menjadi seorang manusia yang waskita.

Mari dulur... mari kita belajar bersama-sama untuk menjadi "sepuh" dan waskita...

Rahayu,
Dodik Biantoro


















No comments:

Post a Comment